Dulu, kakakku yang bernama Rayyah sering disebut “Upik Pokiak” karena tangisannya yang begitu keras saat masih bayi. Namun, ketika aku lahir, ternyata tangisanku jauh lebih kencang dari kakakku.

Setiap kali aku menangis, orang tuaku selalu tertawa karena tangisanku terdengar begitu lebay, seolah-olah aku hanya ingin mencari perhatian. Mereka merasa tingkahku sangat lucu, karena tangisan itu bukan karena aku haus atau mengantuk, melainkan murni karena aku ingin diperhatikan.

Orang tuaku sering merasa gemas dan terhibur dengan tingkah lakuku yang unik ini. Selain itu, seiring bertambahnya waktu, rasa ingin tahuku terhadap segala sesuatu semakin besar.

Oh ya, aku juga satu-satunya anak yang memanggil orang tuaku dengan sebutan “Abu,” bukan “Abi,” yang membuatku semakin spesial di mata mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *